iklan

Saturday, 26 September 2015

Dinasti Abbasiyah













Perkembangan  Peradaban Islam Pada Dinasti Abbasiyah di Bagdad ( 750 - 1258 m )
A.  Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah
       Dinasti Abbasiah mewarisi imperium dari Dinasti Umayyah. hasil besar yang telah di capai Dinasti Abbasiyah dimungkinkan karena landasannya karena landasan yang telah di persiapkan oleh Umayyah dan Abbasiayah memanfaatkannya.
       Dinasti Abbasiyah berkedudukan di  Bagdad. Secara turun temurun kurang lebih tiga puluh tujuh khalifah pernah berkuasa di negeri ini, pada Dinasti ini Islam mencapai puncak kejayaannya dalam segala bidang. Dinasti Abbasiyah merupakan Dinasti terpanjang, berkisar antara 750 - 1258 M.
       Dinasti Abbasiyah mencapai keberhasilannya disebabkan dasar - dasarnya telah berakar sejak Umayyah berkuasa, di tinjau dari proses pembentukannya, Dinasti Abbasiyah didirikan atas dasar - dasar antara lain :
  1. dasar kesatuan menghadapi perpecahan yang timbul dari Dinasti sebelumnya.
  2. dasar Universal  ( bersifat universal ), tidak berlandaskan pada kesukuan.
  3. Dasar politik dan admistrasi menyeluruh, tidak di angkat atas daFasar kenigratan.
  4. dasar kesamaan hubungan dalah hukum bagi setiap masyarakat islam. 
  5. Pemerintah bersifat Muslim moderat, ras Arab hanyalah di pandang salah satu bagian saja di antara ras - ras lain.
  6. hak memerintah sebagai ahli waris nabi masih tetap di tangan mereka.
B.   Faktor pendukung Berdirinya Dinasti Abbasiyah 
       Di antara situasi - situasi yang mendorong berdirinya Dinasti Abbasiyah dan menjadi lemah Dinasti sebelumnya adalah :
  1. timbulnya pertentangan politik antara Muawiyah dengan pengikut Ali Bin Abi Thalib ( Syiah ).
  2. munculnya golongan Khawarij, akibat pertentangan politik antara Muawiyah dengan Syiah, dan kebijakan - kebijakan land reform yang kurang adil.
  3. timbulnya penyelesaian khlifah dan konflik dengan cara damai.
  4. adanya dasar penafsiran bahwa keputusan politik harus di dasarkan pada al - qur'an dan golongan khawarij  orang islam non - Arab.
  5. adanya konsep Hijrah di mana setiap orang harus bergabung dengan golongan Khawarij yang tidak bergabung di anggapnya sebagai orang yang berada dar al - harb, dan hanya golongan Khaearij yang berada pada dar al - Islam
  6. munculnya paham mawali yaitu paham tentang perbedaan antara orang islam Arab dengan non - arab.
  7. bertambah giginya perlawanan pengikut Syiah terhadap Umayyah setelah terbunuhnya Husain bin Ali dalam pertempuran Karbala.
C.  Alasan Ideologi Dinasti Abbasiyah
         Secara kronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al - Abbas, Ali Bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan keluarga antara Bani Abbas dengan Nabi Itulah sebabnya kedua keturunan ini sama - sama mengklaim bahwa jabatan khalifah harus berada di tangan mereka. Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah Wafatnya Rasulullah merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul.

      Secara umum sebenarnya keturunan Ali Bin Abi Thalib lebih dekat kepada Rasulullah karena Fatimah sebagai anak perempuan Rasulullah dan Ali adalah sepupu dan sekaligus manantu beliau. Akan tetapi Bani Abbas merasa lebih berhak mewarisi Rasulullah karena beranggapan bahwa moyang mereka adalah paman Rasulullah Pusaka tidak boleh diperoleh sepupu, jika ada paman. sedangkan keturunan dari anak perempuan tidak mewarisi pusaka datuk dengan adanya pihak ashabah.
      Dua pandangan inilah yang menimbulkan klaim bahwa masing - masing mereka memiliki hak jabatan atas kekhalifahan setelah wafat nya Rasulullah.

D.  Revolusi Abbasiyah
      Perjuangan bani Abbasiyah secara intensif baru mulai berkisar antara 5 ( lima ) tahun menjelang revolusi Abbasiyah. pelopor utamanya ialah Muhammad bin Ali Al- Abbas di Hamumah. Ia telah belajar dari kegagalan yang telah di alami oleh pengikut Ali ( kaum Syiah ) dallaam melawan Dinasti Ummayah. Kegagalan ini terutama karena kurang terorganisasi dan kurangnya perencanaan. Dari situlah Muhammad bin Ali Al - Abbas mengatur pergerakannya secara rapi dan terencana.
       Muhammad Bin Ali - Abbas mulai melakukan pergerakan dengan langkah - langkah awal yang penting, di antaranya yang pertama, membuat propoganda untuk menghasut rakyat menentang kekuasaan Umayyah, serta menanamkan ide - ide baru tentang hak kekhalifahan, kedua, membentuk faksi - faksi Hamimah, faksi kufah didominasi oleh pengikut Bani Abbas. sedang faksi Khurasan didominasi oleh para Mawali, Ketiga faksi ini bersatu dalam satu tujuan yaitu menumbanggkan Dinasti Umayyah. ketiga, ide tentang persamaan antara orang Arab dan non - Arab.

      propaganda - propaganda itu berhasil membakar semangat api kebencian umat islam kepada Dinasti Umayyah. Langkah pertama memperoleh sukses besar melalui propaganda - propaganda yang di lakukan oleh Abu  Muslim Al - Khurasani adalah bahwa Al - Abbas termasuk ahli bait, sehingga lebih berhak menjadi Khalifah. Abu Muslim juga menyebutkan kebencian dan kemarahan terhadap Dinasti Umayyah yang selalu mengejar - ngejar dan membunuhi ahli bait. Selain itu, juga mengembangkan ide - ide tentang persamaan antara orang - orang Arab dengan non - Arab.

     Setelah Muhammad bin Ali meninggal tahun 743 M, perjuangan di lakukan oleh saudaranya Ibrahim sampai tahun 749 M. kemudian, sejak 749 M Ibrahim menyerahkan pucuk pimpinan kepada keponakannya, Abudullah bin Muhammad. pada masa inilah revolusi Abbasiyah berlangsung. Philip K. Hitti menyebut masa ini dengan revolusi ketiga dari drama politik islam.

     Khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M, Dalam Khutbah pelantikan yang di sampaikan di Mesjid Kufah, ia menyebut dirinya dengan Al - Saffah ( penumpah Darah  ) yang akhirnya menjadi julukannya Hal ini sebenarnya menjadi permulaan yang kurang baik di awal berdirinya Dinasti ini, di mana kekuatannya tergantung kepada pembunuhan yang ia  jadikan sebagai kebijaksanaan politiknya.
      Al - Saffah berusaha dengan berbagai cara untuk membasmi keluarga Umayyah. Antara lain dengan kekuatan senjata. ia mengumpulkan tentaranya dan melantik pamannya sendiri Abdullah bin Ali sebagai pimpinannya. Target utama mereka adalah menyerang pusat kekuatan Dinasti Umayyah di Damaskus,  sekaligus untuk meleyapkan Khalifah Marwan ( Khalifah terakhir di Bani Umayyah ). pertempuran terjadi di lembah Sungai Az - zab ( Tigris ). pada pertempuran itu marwan mengalami kekalahan da mengundurkan diri ke Utara Syiah, Him, Damsyik, Palestina dan akhirnya sampai ke Mesir. pasukan Abdullah bin Marwan pun tewas.

      Usaha yang di lakukan Al - Saffah untuk memusnahkan keluarga Umayyah adalah dengan cara mengundang lebih kurang 90 orang anggota keluarga Umayyah unruk menghadiri suatu upacara perjamuan, kemudian mebunuh mereka dengan cara yang kejam. Di samping itu, agen - agen dan mata- mata d sebarkan di seluruh imperium untuk memburu para pelarian seluruh anggota Bani Umayyah.  hanya satu saja yang berhasil meloloskan diri kemudian kelak mendirikan Dinasti Umayyah di Andalusia. yang di kenal dengan sebutan Aburahman Ad - Dakhil.

     Perlakuan itu tidak hanya di lakukan pada anggota yang masih hidup, tetapi juga yang sudah meninggal. kuburan - kuburan mereka di bongkar dan jenazahnya di bakar. Ada dua kuburan saja yang selamat dari kekejamannya yaitu kuburan Muawiyah bin Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz. perlakuan - perlakuan kejam itu menimbulkan kemarahan para pendukung Dinasti Umayyah di Damaskus, tetapi mereka berhasil di tumpas oleh Abbasiyah.

    Abu Al - Abbas hanya memerintah dalam kurun waktu singkat, yakni empat tahun. Oleh karena itu, kehilangan jati dirinya. kehidupannya yang di tandai dalam sejarah pertama - tama hanyalah pembasmi Bani Umayyah.

E.  Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

1.  Kemajuan
     Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat ketimbang Bani Umayyah. pergantian Dinasti Umayyah  kepada Dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah mengubah, menoreh wajah Dunia Islam dalam refleksi kegiatan Ilmiah. pengembangan ilmu pengetahuan pada ani Abbas merupakan iklim pengembangan wawasan dan di siplin keilmuan.

a.  Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
        Sebelum Dinasti Abbasiyah, Pusat kegiatan Dunia Islam selalu bermuara pada mesjid, Mesjid di jadikan centre of education. pada Dinasti Abbasiyah ini lah mulai adanya pengembangan keilmuan dan tehnologi diarahkan ke dalam ma'had. Lembaga ini di kenal ada dua tingkatan yaitu :
  1.  maktab / kuttab dan mesjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak - anak mengenal dasar - dasar bacaan, menghitung, dan menulis serta anak - anak remaja belajar dasar - dasar ilmu agama;
  2. Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi ke luar daerah kemasjid - masjid bahkan ke rumah - rumah gurunya.
       pada perkembangan selanjutnya mulailah di buka madrasah - madrasah yang di pelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada tahun 456 - 485 H.

b.  Corak Gerakan Keilmuan
      Gerakan keilmuan pada Dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik. Kajian keilmuan yang kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpuh pada ilmu kedokteran, di samping kajian yang bersifat pada Al - Qur'an dan Al - hadis; sedang astronomi, mantik dan sastra baru di kembangkan dengan penerjemahan dari yunani.

c.  Kemajuan Bidang Agama
      pada masa Dinasti Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode penefsiran, terutama dua metode penafsiran, yaitu tafsir bi al - ma'tsur dan tafsir bi al - ra'yi.
      dalam bidang hadis, pada zamannya hanya bersifat penyempurnaan, pembuka dari catatan dan hafalan dari para sahabat. pada zaman ini juga mulai diklasifikasikan sehingga kita kenal dengan klasifikasi hadis shahih, Dhaif dan Maudhu. bahkan di kemukakan pula kritik Sanad dan matan, sehingga terlihat jarah dan takdil rawi yang meriwatkan hadis tersebut.
      Dalam bidang fikih, masa ini lahir fuqada legendaris yang kita kenal, seperti Imam Hanifah ( 700 - 767 M ) Imam Malik ( 713 - 795 ), Imam Syafei ( 767 - 820 M ) dan Imam Ahmad ibnu Hambal ( 780 - 855 M ).
       Ilmu lughah  tumbuh berkembang dengan pesat pula karena bahasa Arab yang semakin dewasa memerlukan ilmu bahasa yang menyeluruh. Ilmu yang di maksud adalah nahwu, sharaf, ma'ni, bayan, badi, dan insya.

d.  Kemajuan Ilmu pengetahuan, Sains dan Tehnologi
     Kemajuan ilmu tehnologi atau sains sesungguhny atelah di rekayasa oleh Ilmuan Muslim. kamajuan tersebut adaalah sebagai berikut :
  1. Astronomi, ilmu ini mulai karya India Sindhind kemudiann di terjemahkan oleh Muhammad Ibnu Ibrahim Al - Farazi ( 777 M ). Ia adalah astronom Muslim pertama yang membuat astrolabe, ;yaitu alat yang di pergunakan untuk mengukur bintang. Di samping itu, masih ada ilmuwan - ilmuwan islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa Al - Asturlabi, Al - Farghani, Al - Battani, Umar Al - Khayyam dan Al - Tursi.
  2. Kedokteran, pada masa ini dokter pertama di kenal adalah Ali ibnu Rabban Al - Tabari. pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus al - Hikmah. tokoh lainnya ialah Al - Razi, Al - Farabi, dan Ibnu Sina.
  3. Ilmu Kimia Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan ( 721- 815 M ). 
  4. Sejarah dan Geografi. pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad ke - 3 H adalah Ahmad bin Al - Yukubi,  Abu Jafar Muhammad bin Jarir Al - Tabari, kemudian ahli bumi yang termasyhur adalah ibnu Khurdazabah ( 820 - 913 M ).
e.  Perkembangan politik, Ekonomi dan Administrasi
       Sejarah telah mengukir bahwa pada masa Abbasiyah, umat Islam benar - benar berada pada puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia saat itu, masa pemerintahan ini merupakan golen age dalam perjalanan sejarah Islam, terutama pada masa Khalifah Al - Makmum.
      Daulat Abbasiyah berkuasa kurang lebih selama lima abad ( 750 - 1258 M ). pemerintahan yang panjang tersebut dapat di bagi menjadi dua periode. periode 1 adalah masa antara tahun 750 - 945 M, yaitu mulai pemerintahan Abu - Abbas sampai Al - Mustakfi. periode 11 adalah masa tahun 945  - 1258 M, yaitu massa Al - Mu'ti sampai Al - Mu'tasim pembagian periodisasi ini diasumsikan bahwa pada periode pertama, perkembangan di berbagai bidang masih menunjukkan grafik vertikal, stabil dan dinamis. Sedangkan pada periode ke 11, kejayaan terus merosot sampai datangnya pasukan Tartar yang berhasil menghancurkan Dinasti Abbasiyah.
 

    Pada masa pemerintahan Abbasiyah periode 1, kebijakan - kebijakan politik yang dikembangkan antara lain :

  1. memindahkan Ibu Kota Negara dari Damaskus ke Bagdad;
  2. memusnahkan keturunan Bani Umayyah;
  3. merangkul orang - orang persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abbasiyah memberi peluang dan kesempatan yang besar kepada kaum mawali;
  4. menumpaskan pemberontakan - pemberontakan;
  5. menghapus politik kasta;
    selain kebijakan - kebijakan di atas, langkah - langkah lain yang di ambil dalam program politiknya adalah
  1. para Khalifah tetap dari Arab, sementara para Menteri, Gubernur, panglima perang dan pegawai lainnya banyak di angkat dari golongan Mawali;
  2. Kota Bagdad di tetapkan menjadi Ibu Kota negara dan menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan;
  3. kebebasan berpikir dan berpendapat mendapat porsi yang lebih,
      Pada masa pemerintahan Abbasiyah yang kedua, kekuatan politik mulai menurun dan terus menurun, terutama kekuatan politik pusat. karena negara - negara bagian sudah tidak memperdulikan lagi pemerintahan pusat, kecuali pengakuan secara politis saja.

     Dalam masa permulaan pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan ekonomi dapat di kataan stabil dan menunjukan angka vertikal. Devisa negara penuh berlimpah - limpah. Khalifah Al - Mansur merupakan tokoh ekonomi Abbasiyah yang telah mampu meletakkan dasar - dasar yang kuat dalam bidang ekonomi
dan keuangan negara.
  
    Di sektor pertanian, daerah - daerah pertanian diperluas dari segenap wilayah negara, bendungan - bendungan dan digali kanal - kanal sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak terjangkau irigasi.

     Di sektor perdagangan, kota Bagdad di samping sebagai kota politik, agama dan kebudayaan, juga merupakan kota perdagangan yang terbesar di dunia saat itu. Sedangkan kota Damaskus merupakan kota kedua, sungai Tigris dan Efrat menjadi pelabuhan transmisi bagi kapal - kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Trejadi kontak perdagangan tingkat internasional ini semenjak Khalifah Al - Mansur.
      
      Dalam bidang administrasi negara, masa Dinasti Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan masa Umayyah. Hanya saja pada masa ini telah mengalaami kemajuan  kemajuan, perbaikan dan penyempurnaan.

2. Kemunduran dan Pecahnya Sistem Kekhlifahan
       Dalam periode ke 11, kekuatan politik Abbasiyah mulai menurun. wilayah - wilayah kekuasaan Abbasiyah secara politis sudah mulai cerai - berai Ikatan - ikatan mulai putus satu persatu antara wilayah - wilayah Islam.

       Di wilayah barat, Andalusia, Dinasti Umayyah telah bangkit lagi dengan mengangkat Abdurahman Nasr menjadi Khalifah / Amir al - Mukminim. Di Afrika utara Syiah Islamiyah benngkit dan membentuk Dinasti Fatimah, dengan mengangkat Ubaidillah Al - Mahdi menjadi Khalifah dan kota mahdiyat dekat tunisia di jadikan pusat kerajaan. sehingga pada periode abad ke- 10 M ini, sistem khalifah akhirnya pecah dalam tiga wilayah ; Bagdad, Afrika Utara, dan Spayol.

     Faktor - faktor kemunduran itu dapat di kemukakan sebagai berikut :
a.  pertentangan internal keluarga
     Di dalam pemerintahan terjadi konflik keluarga yang berkepanjangan. Ribuan orang terbunuh akibat peristiwa Al - Mansur melawan Abdullah ibnu Ali pamannya sendiri, Al - Amin dan Al - Makmum Al - Muu'tasim melawan Abbas ibnu Al - Makmum. konflik ini menyebabkan keretakan psikologis yang dalam dan menghilangkan solideritas keluarga, sehingga campur tangan kekuatan luar.

b.  Kehilangan kendali dan munculnya daulat- daulat kecil
     faktor kepribadian sangat menentukan pula keberhasilan seseorang pemimpin, Kelemahan pribadi di antara Khaifah Abbasiyah mengakibatkan hancurnya sistem Khalifah. Terutama karena mereka terbuai dalam kehidupan mewah sehingga kurang memperdulikan urusan negara.Perdana menteri seenaknya menentukan kebijakan para Khalifaah. Mereka secara berturut - turut dalam rangkah mempertahankan pemerintahannya menggunakan kekuatan dari luar, seperti orang Turki, Seljuk dan Buawaihi - Khawarizme. kekuatan dari luar ini menyebabkan kehancuran struktur kekuasaan dari dalam kekhalifah itu sendiri.

    Akibat lemahnya Khalifah pusat, sedikit banyak telah menggoda sejumlah penguasa daerah ( gubernur ) untuk melirik pada ( amir ) yang berdomisili di wilayah barat Bagdad seperti Aglariyah, Idrisyiah, Fatimayah, Amawiyah 11, Thuluniyah, Hamdaniyah, maupun yang berdomisili di Timur Bagdad seperti Thahiriyah, Shafariyah, Hamdaniyah, Samaniyyah, Ghaznawiyah, Shafariyah, mencoba untuk tidak lagi pada Khalifah pusat Bagdad. Dalam keadaan yang penuh kekacauan dan berkeping - keping inilah datang pasukan Hulaghu Khan dengan tentara Tartarnya pada tahun 1258 M menghancurkan Bagdad. sampai berakhirlah Dinasti Abbasiyah.

No comments:

Post a Comment