iklan

Saturday, 26 September 2015

Welcome Fort Roterrdam

Feature di Fort Roterdam

Kali ini perjalanan saya ke salah satu situs bersejarah yang ada di makassar yang bernama Fort Roterrdam, jujur ini merupakan kunjungan pertama saya kebenteng bersejarah ini. Bagian depan bagunan nampak kokoh tembok besar yang berwarna hitam agak kehijauan karena di tumbuhi lumut.

Memasuki pintu utama yang berukuran cukup besar, kita akan di sergap dengan nuansa bangunan ala eropa pada masa lalu. Tembok tebal sangat kokoh, pintu kayu, gerendel kuno, akan terlihat jelas. Masuk kedalam benteng kita akan di suruh melapor terdahulu sekaligus membayar uang sebanyak Rp 2000 per orang, sampai kedalam langsung saja berjumpa dengan tour get yang bertugas menceritakan sejarah terbentuknya benteng. Dari penjelasan pak Muhtar yang bekerja di benteng selama 22 tahun lamanya dari penjelasaanya dapat saya mengerti, benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh raja Gowa yang ke – IX bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat yang berbentuk segi empat, yang di bakar sampai berwarna merah, pada awal pembagunan benteng ini bukan di gunakan untuk pertahanan melainkan untuk mempersatukan kerajaan Gowa – Tallo.

foto bersama di dekat pintu masuk

Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan


Pada tahun 1667 benteng ujung pandang jatuh ketangan Belanda yang mengakibatkan terjadinya perjanjian bongaiya, perjanjiannya sangat menguntungkan pihak belanda dan sangat merugikan pihak kerajaan yang di pengang oleh Sultan Hassanudin. Isi perjanjian itu adalah menghancurkan benteng – benteng yang ada di sulawesi selatan, kecuali, benteng somba opu dan benteng ujung pandang.

Setelah dikuasai pihak belanda benteng ujung pandang direnovasi secara bertahap oleh pihak Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman, dan juga mendirikan sebuah gereja yang berada di tegah halaman. Selama kekuasaan belanda benteng ujung pandang berganti nama menjadi Fotr Roterrdam, dan difungsikan sebagai pusat pemerintahan, perdangagan, pertahanan.

Add captionyang di belakang itu dulu bagunan gereja

Ada beberapa bagunan yang di fungsikan sebagai ruang tahanan pada masa kekuasaan belanda diantaranya bastion mandarsyah, bastion buton, bastion amboium, bastion bone, dan bastion bacan. Mengapa nama bastion berbeda – beda ? karena bastion merupakan tempat tahanan beberapa suku yang berbeda – beda misalnya, bastion mandarsyah tahanan di situ berisi orang – orang yang bersuku mandar.

Pada tahun 1942 benteng fort toterrdan jatuh ketangan jepang. Jepang juga membagun dua bagunan yang berdekatan dengan bastion amboium, pada masa kedudukan jepang bastion ini tidak di gunakan sebagai pusat pemerintahan ataupun pertahanan melainkan untuk pusat penelitian pertanian.


Saya akan memberikan kesimpulan mengenai fort roterrdan ini mulai dari nama pertama benteng ujung pandang. pertanyaan mengapa benteng ujung pandang ? alasan karena tanjung roterrdam banyak di tumbuhi oleh pohon pandan. Selanjutnya yaitu panyua alasan karena kalau di lihat dari atas akan terlihat seperti penyu besar. Ketiga yaitu kotaia karena di gunakan sebagai pusat perkotaan dan yang terakhir yaitu fort roterrdam yang di berikan oleh belanda yang di gunakan sampai sekarang.


Selesai menjelaskan pak muhtar megajak kami untuk keliling melihat bagunan yang kini telah beralih fungsi menjadi musium dan pusat pemerintahan kebudayaan. Pertama kami mengunjugi salah satu bagunan yang kini di jadikan perpustakaan yang di dalamnya itu sangat kotor dan tidak terurus.


Ketika di ajak melihat tembok bagunan saya merasa kasian kepada tangan jahil yang mencoret – coret dinding bagunan, serta diajak juga untuk melihat aktifitas pembuatan lukisan tanah liat dan juga melihat perkampungan inggris. Banyak pelajaran sejarah yang kami dapatkan di roterrdam tetapi yang cukup menarik perhatian adalah bagunan yang di jadikan tahanan pangeran Diponegoro, yang dibuang oleh belanda sejak di tangkap di tanah jawa. Diponegoro di tangkap kemudian di buang kemanado, lantas tahun 1834 ia di pindahkan ke fort roterrdam. Ia di tahan seorang diri di tempatkan di dalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh, yang di lengkapi fasilitas vintilasi udara, sejadah dan al – qur’an.

jika anda berkunjung pada hari libur biasanya akan ada beberapa perkumpulan anak muda yang melaungkan waktunya untuk berkumpul bersamanya contohnya saya ketika ke Fort Roterrdam hari minggu ada beberapa orang yang berkumpul membawa beberapa macam ular.


sekian dan terimakasih,,,

No comments:

Post a Comment