iklan

Sunday, 25 January 2015

Jalan Jalan Ke Malino

Terlambat menuliskan perjalan pertama kali saya kemalino, padahal perjalan pertamalah yang paling berkesan ya, paling berkesan buat saya karena ini pertama kalinya saya pergi kedaerah dingin dan sejuk. Saya bersama rombongan UKM Taekwondo UIN Alauddin, kami melakukan perjalan Kemalino yang berjarak kurang lebih 90 kilometer dari Makassar dalam rangka latihan gabungan yang sering di lakukan oleh Ukm Taekwodo setiap tahunnya.

sekitar pukul 11.00 rombongan pertama berangkat, kami di bagi dua kelompok ada menggunakan kendaran Dalmas ada juga yang menggunakan motor kalau saya memilih naik motor saja lebih bebas melihat pemandagan. Kami star dari Samata, kampus UIN, Pukul 16.00.

melewati Sungguminasa, ibu kota kabupaten Gowa kita akan di suguhkan indahnya Waduk Bili – bili yang merupakan penyuplai air utama bagi petani yang ada di kabupaten Gowa dan kabupaten Takalar. Sepanjang perjalan kami di suguhkan pemandangan penggunugan yang menjulang tinggi. Sayangnya, akses jalan cukup rusak ini di akibatkan banyaknya kendaraan besar yang lalu lalang penggangut timbunan atau batu yang menyuplai properti di Makassar dan sekitarnya.

Sekitar 1 jam perjalanan kami berhenti untuk mengisi bahan bakar sekaligus menunaikan shalat. Selesai shalat kami lanjutkan perjalan tadinya kami berjalan bersamaan lama kelaman kami mulai saling meninggalkan akhirnya kelompok terbagi menjadi dua, sedangkan saya berada di posisi kedua dari depan semakin mendekati Malino jalanan semakin menanjak dan semakin banyak tikungan hati - hati disini karena pembatas jalan tidak ada dan tentunya semakin menambah adrenalis.

Suasana sejuk mulai terasa saat berada di Desa Pangngjian yang berjarak 15 kilometer dari malino. hutan pinus dan jajaran vila merupakan pemandangan pertama saat memasuki gerbang selamat datang di Kota Bunga. Rombongan kembali berhenti untuk mengisi bahan bakar dan menunggu teman kami yang tertinggal, anda tidak usah khawatir di kios yang berdekatan dengan pom bensin menjual makanan jalan kote Rp 15.00,/ 1. Kami bercanda gurau sambil menungguh teman ada juga yang berfoto mengabadikan perjalananya, kebetulan perjalan kami bertepatan hari libur kami tidak akan sulit menemui para wisatawan ataupun para pencinta alam yang mendaki gunung Bulukaraeng. Sekitar 20 menit teman kami tiba dan beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalan.
Sekitar 300 meter dari tempat pemberintian tadi saya harus berhenti lagi karena ban motor saya bocor, untunglah jarak tukang tambal ban tidak terlalu jauh. Selesai ganti ban kami lanjutkan perjalan.

Malam mulai menjemput kami ketika di tempat pemberintian terahir tadi, penglihatan mulai remang – remang dan udara semakin dingin menggigit kulit swoter yang gunakan rasanya tidak mampu menahan dinginya malam itu rombogan kembali harus berhenti untuk menunaikan shalat magrip yang dari tadi sudah terdengar di lanjutkan shalat jama isa karena perjalanan masih cukup jauh. Untuk sekian kalinya kami melanjutkan perjalan kini benar – benar gelap kami hanya mengandalkan penglihatan dari pencahayaan motor, sunyi sekali Malino sangat cocok untuk anda untuk menghilangkan kepenakan hirup pikup kota makassar.

Malam itu langit terasa sangat dekat, mungkin karena kami berada di atas gunung. Bintang-bintang bertaburan di atas langit Gunung Malino, terasa begitu dekatnya. Belum pernah saya melihat langit malam yang bertaburan bintang seindah malam itu, bersih tanpa polusi. Kalau kita di kota besar seperti Makassar mana pernah lagi melihat langit malam sebersih ini. Sayang sekali saya tidak sempat memotretnya, karena tangan dan jemari saya sudah kaku akibat suhu di puncak Malino begitu dinginnya. Sarung tangan, jaket tebal, tidak mampu menanahan dinginnya suhu. Oh iya, waktu terbaik mengunjungi Malino adalah pada musim kemarau (Juli-Sepetember), karena cuaca saat itu sangat bagus, tiada hujan, dan langit begitu bersih. Cuman ya itu, dinginnya malam hari pada musim kemarau di gunung sangat menggigit kulit.

Kami masih melanjutkan perjalanan. jam 12 malam kami tiba di rumah k, hadi yang berbatasan kota Malino dan Sinjai Barat. Kami di sambut jalan yang begitu rusak, barusan saya melewati jalan seperti ini mendaki tinggi dan berbatu besar – besar, sampai – sampai teman ada yang terjatuh. Di malam itu kami kembali menceritakan perjalan memberikan makna tersendiri bagi saya, kebetulan musim bauh – buahan orang tua k, hadi menberikan kami buah langsat. Langsat merupakan buah – buahan yang berwarna kuning dan berbuah satu tahun sekali.

Fajar mulai menyinsing dari kejauhan , kami mulai terbagun dan bersiap untuk malaksanakan latihan gabungan tujuan awal kami datang ke Malino. usai latihan kami kembali kerumah k, hadi dan bersiap – siap untuk pulang, disinilah saya kami senang karena akan berhenti di tempat pemandian, sore hari waktu tepat untuk pulang melihat pemandangan pengunugan yang di penuhi sayuran seperti wortel, kol, cabe, dan masih banyak lagi ada juga buah – buahan seperti alpukat dan sebagainya.

Sempat juga kami berhenti untuk membeli oleh – oleh yang berada di pinggir jalan banyak macam oleh – olehnya seperi dodol khas Malino, stroberi, markisa, sayuran dan masih banyak lagi macamya yang saya tidak tahu namanya. Demikianlah pengalaman saya jalan-jalan ke Malino. Akhirnya kesampaian juga keinginan saya mengunjungi Malino yang terkenal ini. Sungguh indah pemandangan alam di Malino, sungguh indah ciptaan Allah SWT.

No comments:

Post a Comment