iklan

Saturday, 31 May 2014

Masalah Sosial yang di Timbulkan Oleh Media Massa

          Para Akademisi praktisi bahwa media massa akan mengalami perubahan secara drastis baik sifat, peran maupun jenisnya. Hai ini di sebabkan oleh tuntutan - tuntutan pemilik modal yang begitu kuat sehingga siapa pun yang memilih bekerja di media massa akan memiliki visi yang sama yaiti "menyelamatkan diri " dengan menyelamatkan medianya dari kebangkrutan atau dari larinya pemilik modal.



       Ini berarti secara tidak langsung media massa tidak lagi menjalankan fungsi utamanya dan juga telah berubah visi dan visi media massa. Kalau secara teori media massa adalah institusi yang berfungsi memberikan informasi yang tidak edukatif dan hiburan yang edukatif pula. Dengan kata lain, media massa memiliki sisi gelap di mata masyarakat. saat ini, media massa distigmakan sebagai lembaga penghasut, pencetus kerusuhan, pencentus masalah sosial dan sebagainya.
     
      Media massa kini di anggap miskin dari fungsi edukasi nilai - nilai kemanusiaan, media massa justru corong provokasi nilai - nilai kehewanan, seperti matrealistis, mistisme, hedonisme, seks, konsumerisme, kekerasan sekualirisme, dan semacamnya di mana itu telah menjadi masalah- masalah sosial dalam masyarakat saat ini.

1.  Mistisme dan tahayyul
     Akhir - akhir ini tayangan media mistis di media massa, khususnya Tv merupakan salah satu mindstream di mana mids tream alin yang ada di media massa. lepas dari kontroversi di masyarakat mengenai hal tayangan ini, namun tayangan mistisme dan tahayyul itu banyak menyedot banyak perhatian, karena pada dasarnya masyarakat konsumen media massa di Indonesia berbasis tradisional lebih menyukai informasi yang tahayyul dan mistisme.
a.  macam - macam tayangan mistik dan tahayyul
  1. Mistik - semi sains, yaitu film - film mistik yag berhubungan dengan fisik ilmiyah. Tayangan ini tertutur tentang berbagai macam bentuk misteri yang ada hubungannya dengan ilmiah, walaupun sebenarnya kadang tidak rasional namun secara ilmiah mengandung arti kebenaran.
  2. Mistik - fiksi, yaitu film mistik hiburan yang tidak masuk akal, bersifat fiksi, atau hanya sebuah fiksi yang di film kan atau menciptakan atau menyajikan misteri, suasana mencekam, atau pun kengerian yang terjadi di dalam masyarakat.
  3. Mistik - horor, yaitu film mistik yang lebih banyak mengeksploitasi dunia lain, seperti hubngannya dengan jin, kematian tidak wajar, balas dendam, penyiksaan dan sebagainya.
b.  Bahaya tayangan mistik dan tahayyul
       Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media massa bagi konsumen media, salah satu efek tersebut adalah efek keburukan yang dialami oleh masyarakat. Begitu pun tayangan mistik dan tahayul memiliki efek yang buruk bagi masyarakat yang menontonnya.Bahaya besar dari tayangan mistik dan tahayyul adalah pada kerusakan sikap dan perilaku. kerusakan sikap menyangkut pada pembenaran terhadap kondisi - kondisi hidup yang irrasional, toleransi terhadap keburukan, dengki dan iri hati.

2.  Pelecehan Seksual dan Porno Media Berawal dari Wacana Seks
     Masalah tubuh perempuan sebagai objek porno, sebenarnya telah lama menjadi polemik di hampir semua masyarakat di sebabkan karena ada dua kutub dalam menilai tubuh manusia ( terutama perempuan ) sebagai objek seks. Pemikiran tersebut mendasar semua argumentasi dan polemik tentang seks sebagai objek porno bagi masyarakat baik sebagai alasan memuja - memuja seks maupun sebagai penguasa objek seks. Dari masa ke masa, masyarakat terus berpolemik tentang seks di antara kutub itu.
      Pada sisi lain kehidupan masyarakat kota, di jumpai beberapa wanita lebih senang dieksplotasi atau mengeksloitasi dirinya sebagai objek porno. wanita lebih senang menonjolkan bagian - bagian tubuhnya untuk menjerat lawan - lawan jenisnya. Bentuk tentangan seperti ini dari onbjektifitas wanita dalam memberlakukan perilaku seks nya, serta bagaimana mereka menempatkan tingkah laku tersebut pada makna porno yang sesungguhnya.

a.  Pergeseran Konsep Pornografi
      Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang ini, begitu pula media massadan tehnologi belum berkembang seperti saat ini, semua bentuk pencabulan dan tindakan - tindakan yang jorok yang menonjolkan objek seks di sebut dengan kata porno. Saat ini ketika masyarakat sudah terbuka, kemajuan tehnologi terus berkembang, maka konsep pornogerafi  juga telah bergeser dan terus berkembang. Dalam kasus tertentu semua kategori konseptualisasi itu menjadi sajian dalam satu media, sehingga melahirkan konsep bari yang di nama kan pornomedia.
  1. Pornografi adalah gambaran - gambaran perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia.
  2. Porno teks. adalah karya porno yang di tulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, tekstimonial, suara tuturan atau objek seksual atau aktivitas seksual.
  3. Pornoaksi, adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian - bagian yang dominan memberi rangsangan seksual sampai pada aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak di sengaja untuk membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya.
  4. Pornomedia. Dalam konteks media massa, pornografi, porno teks, porno suara, dan porno aksi bagian - bagian yang saling berhubungan sesuai dengan krakter media yang menyiarkan porno itu,
b.  Pengaruh porno media ; kritik terhadap pornografi
      Pornografi adalah sebuah istilah yang sudah cukup lama cukup panjang sejarahnya bila di bandingkan dengan berbagai istilah dalam konteks istilah - istilah yang sama.  Akhir - akhir ini masalah pornografi sering di ucapkan sejak media massa terutama media elektromatika sering menanyakan gambar - gambar asusila.

      Bahaya porno media dapat di katakan sebagai berikut :
  1. Tingkat pertama, mengubah norma menjadi abnorma.
  2. Tingkat kedua, meningkatkan kebiasaan menulusuri pornomedia dan menjadikan perilaku anomoli sebagai kebiasaan.
  3. mengumpulkan pandangan terhadap tentang pornomedia dan mengubah pandangan norma terhadap anomoli pornomedia.
  4. mencari kepuasan pornomedia di dunia nyata.
  5. sikap terhadap pencarian kepuasan porno media di dunia nyata dan anomoli seksual sebagai tindakan normal dan wajar. 
        Hal ini sungguh menghawatirkan banyak pihak karena kerusakan - kerusakan sosial dan moral pasti terjadi  sebagai bagian dari media massa yang tidak bisa di kendalikan bahaya terhadap porno media tersebut.

       Alasan porno media sebagai kekerasan ( eksloitasi ) terhadap manusia terbesar di media massa.
  1. Media dengan sengaja menggunakan objek perempuan untuk keuntungan bisnis mereka, dengan demikian penggunaan pornomedia di lakukan secara terencana untuk mengabaikan, menistakan, dan mencampakan 'harta manusia, khususnya perempuan.
  2. Objek porno media umumnya masyarakat di jadikan sumber kapital yang dapat mendapatkan uang, semata perempuan sendiri yang di salahkan.
  3. Media massa telah mengabaikan aspek - aspek moral dan perusakan terhadap nilai - nilai pendidikan dan agama serta tidak bertanggung jawab terhadap efek negatif yang terjadi di masyarakat.

No comments:

Post a Comment