Catatan Hati sang Mahasiswa

Suasana kampus ramai mahasiswa bergerak dengan langkah - langkah cepat. sebagian ada yang mengejar kelas yang segera akan di mulai, sebagian ada yang melaju di jalur sepeda motor, ada juga yang turun dari angkot, kelihatannya semuanya tak sabar untuk  segera menuju ke pusat kegiatan masing - masing.

sementara faisal hanya duduk di lantai dasar bersama temannya bukannya tak semangat mengikuti pelajaran  bahkan di pagi yang mendung tadi ia juga sempat berburu - buruan dengan mahasiswa lainnya menuju kampus. sesampainya di kampus faisal hanya duduk di lantai dasar bersama teman sekelasnya karena beberapa minggu terakhir sang murabbi jarang masuk.

Percakapan pindah ketika salah satu teman faisal mengeluh ia baru saja tiba dari kostnya, yang jaraknya cukup jauh di sertai jalan yang macet. penyampaian pesan bahwa murabbi  hari ini tidak masuk lambat ia lihat / baca bisa ku tebak kalau ia ke kampus terlalu semangat hingga tidak memperdulikan kalau ada pesan masuk di ponselnya itu sih tebak aku saja. aku tertarik mendengar keluhannya dengan logat yang khas dari bima "malasku kalau begini rugi saja datang kalau tidak masuk d*sen", sabar aja fahmi,,cetusku ia sih tapi kalau datang kemari rugi bahkan keringat belum kering kita harus pulang lagi.

ku lihat ia berusaha menghilangkan keringat dari mukannya, sambil berjalan mencari tempat duduk. aku teringat kajadian semester lalu ketika sang murabbi malas masuk maka ia akan menggunakan waktu di akhir pekan atau kalau jadwal final sudah dekat biasanya sang murabbi akan sistem kebut dalam mengajar pertemuan yang biasanya di lakukan dalam tiga minggu akan di singkat satu hari.

Tentu suatu hal yang merugikan terkhususnya mahasiswa karena sang murabbi akan memberikan tugas yang banyak dengan jadwal yang sengat padat buat mahasiswa. masih di tempat yang tadi bersama teman -teman ada yang memutuskan untuk pulang kembali, ada kekantin, sedangkan aku pergi keperpustakaan sekedar membaca koran terbitan hari itu untuk mengisi waktu luang.